Beranda | Artikel
Nabi Sulaiman Alaihis Salam dan Syukur atas Nikmat
23 jam lalu

Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam dan Syukur atas Nikmat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 15 Rabiul Awwal 1447 H / 8 September 2025 M.

Kajian Tentang Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam dan Syukur atas Nikmat

Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam memberikan perumpamaan yang indah tentang syukur nikmat kepada Allah. Hal itu nampak dalam firman Allah Ta‘ala:

…قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

“Wahai sekalian manusia, kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya ini benar-benar karunia yang nyata.” (QS. An-Naml [27]: 16)

Ini adalah pembicaraan tentang nikmat Allah. Salah satu bentuk syukur adalah menceritakan nikmat tersebut, sebagaimana firman Allah:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebutnya.” (QS. Adh-Dhuha [93]: 11)

Nabi Sulaiman tidak bermaksud untuk berbangga, melainkan menyampaikan bahwa itu adalah nikmat dari Allah. Beliau diberi kelebihan bisa memahami bahasa burung dan binatang. Hal itu ditegaskan dengan ucapannya: “Sesungguhnya ini benar-benar karunia yang nyata.”

Kemudian Allah Ta‘ala berfirman dalam doa Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam:

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, serta agar aku mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (QS. An-Naml [27]: 19)

Ini adalah bentuk syukur Nabi Sulaiman kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Ketika beliau melihat singgasana Ratu Saba telah dihadirkan di hadapannya dalam sekejap mata, beliau berkata, sebagaimana firman Allah Ta‘ala:

قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur. Barang siapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa kufur, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya lagi Mahamulia.” (QS. An-Naml [27]: 40)

Ini merupakan contoh dari Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. Beliau menunjukkan bahwa nikmat berasal dari Allah. Dengan bersyukur, nikmat bertambah. Sebaliknya, dengan kufur nikmat akan dicabut oleh Allah. Hakikatnya, orang yang bersyukur adalah untuk dirinya sendiri.

Segala bentuk ibadah bukanlah karena Allah membutuhkan kita, melainkan kita yang membutuhkan ibadah tersebut. Jangan sampai ada perasaan bahwa Allah membutuhkan shalat, puasa, haji, sedekah, dakwah, atau pengajaran kita. Semua itu adalah kebutuhan kita sendiri. Tanpa sedekah dan dakwah kita, agama ini tidak akan hilang. Namun kitalah yang akan kehilangan kebaikan ketika tidak beramal.

Ada sebagian orang beranggapan bahwa tanpa dakwahnya orang lain tidak akan mendapat hidayah. Padahal hakikat ibadah itu adalah kebutuhan hamba, bukan kebutuhan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Allah sama sekali tidak membutuhkan kita.

Di masa sahabat pun ada yang merasa berjasa kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Allah Ta‘ala menegaskan dalam Al-Qur’an:

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu. Sebenarnya Allah-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat [49]: 17)

Jelas sekali, jangan sampai merasa bahwa kita dibutuhkan Allah. Justru kitalah yang butuh kepada Allah.

Bukan Allah yang membutuhkan shalat kita. Bukan Allah yang membutuhkan puasa, infak, dakwah, atau thalabul ilmi kita. Kitalah yang membutuhkan semua itu.

Allah Ta‘ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

Kita ada karena Allah menciptakan kita. Tanpa penciptaan Allah, kita tidak akan ada. Maka ibadah bukanlah untuk memenuhi kebutuhan Allah, melainkan kebutuhan hamba agar selamat di dunia dan akhirat.

Download MP3 Kajian

Mari turut membagikan link download kajian “Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam dan Syukur atas Nikmat” yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55548-nabi-sulaiman-alaihis-salam-dan-syukur-atas-nikmat/